Makhluk Asing Telah Datang Ke Bumi Sejak Zaman Purba

PLANET LAIN SERING BERKUNJUNG DAN MENELITI BUMI SEJAK ZAMAN PURBAKALA

Alam Semesta Raya ciptaan SANG MAHA PENCIPTA dipenuhi oleh berbagai macam kehidupan. Amat sombong kiranya jika manusia bumi berpikir bahwa bumi adalah satu-satunya planet di alam semesta yang dihuni oleh bangsa manusia.

Di planet- planet, bintang-bintang yang bertebaran di alam semesta yang amat luas itu hidup ciptaan-ciptaan yang beraneka ragam, berbeda warna kulitnya, berlainan jenis dan bentuk, ada yang kerdil, ada juga yang besar tinggi seperti raksasa. Berlainan pula densitas atau kepadatan raganya, sesuai dengan tingkatan evolusi dan perkembangan spiritualnya.

Tidak semua memiliki bentuk dan tubuh jenis humanoid seperti manusia bumi, yaitu yang disebut jenis ADAM KADMON. Di antara mereka itu ada yang bisa terlihat oleh kita, penghuni alam dimensi ke-3, ada juga yang tidak terlihat karena mereka hidup di alam dimensi yang berbeda. Namun mereka yang non-fisik dan berasal dari dimensi lebih tinggi, ada yang bisa memanifestasikan diri secara fisik bila dikehendakinya.

Dorothy Roeder

Sebagai contoh tentang beda bentuk dan rupa, ada keterangan dari makhluk yang menamakan dirinya RANOASH dari planet ATAIEN melalui DR. DOROTHY ROEDER, seorang “Channel” bangsa Amerika, bahwa bentuk tubuhnya mirip seekor belalang kacung (praying mantis), tinggi 6 kaki dan berjalan tegak. Dijelaskan pula bahwa bentuk fisiknya itu senantiasa mengalami perubahan*-perubahan untuk menampung kesadaran dirinya sesuai perkembangan evolusinya, dan juga diselaraskan dengan keadaan habitatnya.

Banyak di antara penghuni planet lain yang sejarah perkembangannya jauh lebih tua dan pengetahuan teknologinya jauh lebih canggih. Bahkan sebelum manusia bumi mengenal ilmu matematika, ada makhluk planet lain yang sudah mampu melakukan perjalanan antar planet dengan menggunakan energi kosmik sebagai tenaga penggeraknya.

Tidak heran jika penghuni planet lain memandang peradaban teknologi manusia bumi masih dalam tingkat primitif dan infantil atau kekanak-kanakan. Namun ada pula di antara mereka yang teknologinya canggih tetapi kesadaran spiritualnya masih rendah.



Terlihat salah-satu bukti artifak disebuah goa pra-sejarah bergambar makhluk luar Bumi dengan antena dikepalanya peninggalan nenek moyang manusia ribuan tahun yang lalu.

Sejak zaman purbakala, bahkan sebelum kehidupan bumi diciptakan sekitar 600 juta tahun yang lalu (menurut keterangan manusia asal Pleiades), banyak makhluk planet lain sudah sering berkunjung ke bumi, bahkan secara berkala bermukim di sini.

Bukti-*bukti dan tanda-tanda kunjungan mereka telah banyak ditemukan oleh para ilmuwan, pakar arkeologi, dan tak sedikit buku-buku telah ditulis mengenai penemuan-penemuan mereka, antara lain dapat dibaca karya ERICH VON DANIKEN dan ZECHARIA SITCHIN.

Salah satu buku Erich Von Daniken yang menghebohkan dunia dan telah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berjudul: Nenek moyang kita dikunjungi astronaut bintang lain, keluaran tahun 80-an.

ERICH VON DANIKEN dalam tulisan-tulisannya antara lain “chariots of the Gods” dan “Gods from Outer Space”, berdasarkan hasil penelitiannya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan apakah ada makhluk-makhluk cerdik pandai di kosmos yang mendarat di bumi ribuan tahun yang lalu? Siapa yang membuat piramid dan sphinx di Mesir, patung-patung batu raksasa di kepulauan Easter.

Siapa yang membuat baterai listrik yang ditemukan ternyata sudah berumur ribuan tahun..? Dinilai dari sebutannya yaitu “gods“, manusia luar angkasa itu tentunya memiliki potensi luar biasa.

Sedangkan SITCHIN , juga seorang ilmuwan yang selama puluhan tahun meneliti monumen-monumen, arca-arca dan benda-benda kuno, hasil galian arkeologi, teks purbakala dan lain-lain berhasil menelusuri sejarah kuno bangsa manusia, mendapatkan bukti-bukti bahwa manusia bumi pertama diciptakan oleh makhluk-makhluk dari planet lain yang memiliki kemampuan-kemampuan ilahi dan merupakan leluhur manusia bumi. (When Time Began, The 12th Planet, Cosmic Code)


Terlihat salah-satu artifak peninggalan nenek moyang manusia ribuan tahun yang lalu di sebuah goa pra-sejarah bergambar makhluk luar Bumi memakai pakaian astronaut lengkap dengan helm dikepalanya.

Di zaman modern, penampakan piring terbang banyak terjadi sesudah Amerika menjatuhkan bom atom pada tahun 1945 di Jepang, lalu makhluk dan manusia dari planet lain (E.T. = Extra Terrestrial) atau makhluk asing (Alien) banyak diberitakan mendarat di bumi sejak sekitar tahun 1950 .

Mereka yang melakukan kegiatan menculik hewan ternak dan manusia untuk keperluan penelitian, adalah makhluk dari planet peripheral (pinggiran alam semesta). Mereka mempunyai kepentingan tertentu, kebanyakan datang dari planet ZETA RETICULUM. Biasa disebut “The Greys” karena memakai seragam warna kelabu.

Mereka itu tidak termasuk jenis humanoid. “The Greys” melakukan penelitian terhadap hewan dan manusia bumi terutama karena sangat ingin tahu tentang keadaan tubuh manusia. Di mana letak jiwa dan emosi manusia secara biologis, bagaimana perkembangan spiritual manusia bumi.

The Greys

Mereka juga melakukan “cross-breeding“, mencoba berkembang biak dengan manusia bumi dengan tujuan memperbaiki jenis bangsa mereka. Mereka mempunyai keinginan menjadi seperti manusia bumi, karena mereka sendiri sudah sulit berkembang biak, antara lain akibat “cloning“.

Konon “The Greys” dikabarkan telah membuat suatu pakta perjanjian dengan pemerintah Amerika Serikat, yang memberi ijin melakukan penelitian-penelitian dengan imbalan mereka memberi pengetahuan tentang teknologi canggihnya. Dua pangkalan udara di Amerika Serikat disediakan untuk melakukan penelitian bersama.

Namun akhirnya kegiatan mereka melampaui batas, tidak terkendali dan mereka mengingkari perjanjian. Ribuan orang menjadi korban penculikan dan perlakuan tidak manusiawi. Walaupun mereka mampu menghapus memori pengalaman buruk dari ingatan korban, namun banyak orang tidak dapat menghilangkan rasa takut dan traumanya.

Pemerintah Amerika Serikat berupaya keras untuk menutup-nutupi hal-ichwal kerjasama itu. Mass media dan penduduk dilarang keras menyiarkan berita tentang pertemuan dengan makhluk asing, tentang pengalaman diculik agar tidak menimbulkan panik di kalangan masyarakat. Bahkan dibentuk sebuah pasukan khusus terdiri dari petugas-petugas yang berpakaian hitam-hitam (the men in black) yang mengancam dan menteror warga Amerika yang menyiarkan pengalaman-pengalaman mereka. Padahal kantor-kantor pemerintahan dan badan-*badan intelejen penuh dengan laporan-laporan, namun hanya dapat dibaca oleh segelintir orang saja.

EDGAR MITCHELL adalah salah satu dari 12 astronot yang pernah berjalan di bulan. Ia menyatakan di dalam suatu konfrensi tentang UFO (Oktober 1998) bahwa ia telah melihat bukt-bukti otentik bahwa makhluk asing itu benar-benar ada. Pembicaraan- pembicaraan dengan pejabat-pejabat pemerintah dan Angkatan Udara A.S. yang menangani kasus-kasus penampakan piring terbang dan kegiatan makhluk-makhluk asing di bumi telah meyakinkan Mitchell bahwa laporan-laporan tersebut bukan sekedar omong kosong atau khayalan dari orang-orang yang mengaku pernah melihat dan bertemu makhluk atau manusia dari angkasa luar. Edgar Mitchell pernah bekerja sebagai konsultan pada perusahaan film yang membuat film seri “The X-Files”.

Mantan kepala bagian komunikasi dan perancang pesawat antariksa bernama MAURICE CHATELAIN, setelah pensiun dari NASA mengungkapkan bahwa semua penerbangan APOLLO dan GEMINI dibuntuti oleh sejumlah piring terbang, kadang-kadang sangat dekat. Ketika astronot NEIL AMSTRONG dan BUZZ ALDRIN mendarat di bulan mereka menyaksikan sebuah pesawat antariksa asing di tepi salah satu kawah bulan. Namun semua informasi tentang hal-hal seperti itu dilarang disiarkan oleh Mission Control. CHATELAIN adalah penulis buku berjudul : “OUR ANCESTORS CAME FROM OUTER SPACE” — 1979 (Leluhur kita berasal dari angkasa luar).

Banyak sekali hal ikhwal dan penemuan-penemuan tentang kehidupan di angkasa luar yang dirahasiakan oleh para ilmuwan. Hingga kini belum banyak orang mengetahui bahwa di planet MARS terdapat piramida yang mirip seperti piramida di Mesir, dan juga bahwa di planet merah itu terdapat pula sebuah bangunan raksasa berbentuk wajah manusia.


<< SUKA INFO INI? KLIK LIKE DAN SHARE DI FACEBOOK >>

Pertembungan 2 Agama - Rusuhan Natrah


Rusuhan Natrah atau Tragedi Natrah, Rusuhan Maria Hertogh berlaku di Singapura pada 1950 kerana pertembungan antara dua agama iaitu Islam - Kristian dan dua budaya iaitu Barat - Timur.

Seramai 18 orang terbunuh / mati syahid dan 173 orang cedera ketika bertempur dengan tentera dan polis British. Mana-mana warga British di Singapura telah diserang. Bangunan dan kereta berhampiran padang dekat mahkamah telah dibakar. Tumpuan utama ialah Masjid Sultan di Singapura.

Singapura diletakkan di bawah perintah berkurung selama 2 hari 2 malam. ISA telah digunakan dengan sebaik-baknya bagi membendung keganasan merebak.

Punca

Orang Melayu, India Muslim dan orang keturunan Indonesia di Singapura tercabar dan terbakar apabila Natrah diletakkan disebuah gereja atau menyamai fungsi gereja. Mereka beranggapan ini adalah 'Perang Jihad', perang suci untuk menyelamatkan agama dan maruah Islam.

Dalam Undang-Undang Syariah Islam sebagaimana Sunnah Rasulullah, perempuan Islam berumur 13 tahun dibenarkan berkahwin. Tambahan pula saiz tubuh Natrah / Bertha Hertogh besar. Suaminya pula Mansor Adabi seorang guru berusia 22 tahun. Bapa angkat Mansor Adabi ialah M.A.Majid seorang India Muslim. Mereka dinikah gantung, iaitu mereka dinikah dan sah bermalam tetapi majlis jamuan perkahwinan dibuat pada satu masa lain yang sesuai.

Tujuan pernikahan ini dengan andaian untuk menyelamatkan Natrah daripada dibicarakan semula di Singapura. Tetapi perkahwinan ini menjadi 'disadvantage' kerana Undang-Undang Belanda / British tidak membenarkan perempuan bawah 18 tahun berkahwin.

Pihak berkuasa British tidak memberi fokus kepada sensitiviti agama dalam masyarakat majmuk. Natrah yang telah berugama Islam dan amat disayangi oleh Che Aminah telah diletakkan di sebuah tempat berhampiran sebuah gereja.

Turut terlibat

Karim Ghani ditahan oleh polis dibawah Akta Keselamatan Dalam Negeri. 'Nadra Appeal Committe' ditubuhkan di Singapura. * Ogos 1951 - Sept. 1952 - Profesor Dr. Burhanuddin al-Helmy, presiden Parti Islam SeMalaya (PAS) ditahan di Pulau Sekijang, Singapura kerana dituduh menjadi dalang dan pembakar semangat rusuhan ini.

Profesor Dr. Ahmad Ibrahim menjadi peguam bela kes Natrah ini di Mahkamah Sivil Singapura.

MA. Majid seorang India Muslim menjadi sumber kewangan untuk perbicaraan.

Kronologi

* 1937 24 Mac Natrah dilahirkan di Tjimahi ,Jawa , Indonesia dengan nama Bertha Hertogh atau Maria Huberdina Hertogh

* Disember 1942 Bertha Hertogh diserahkan untuk dipelihara kepada Che Aminah Mohamad.Usia Natrah ketika itu 5 tahun. Ibunya Adeline dan neneknya Nor Louisenya menyerahkan Bertha dan Benny kepada Che Aminah tanpa pengetahuan bapanya Sarjan Adrianus Petrus Hertogh kerana telah ditawan tentera Jepun.

* Che Aminah Mohamad atau Mak Minah seorang peniaga kain di Jawa yang berasal dari Kemaman , Terengganu . Menurut keterangan Natrah, Che Aminah bukan Babu atau pembantu rumah. Maria Hertogh diberi nama Natrah dan hidup dalam suasana dan pendidikan Islam.

* 15 November 1945 Che Aminah membawa Natrah balik ke Kampung Banggol, Kemaman , Terengganu melalui Singapura kerana orang Indonesia ketika itu meluap-luap membenci orang kulit putih yang dianggap bangsa penjajah.

* 1954 Bapa Natrah, Sarjan Hertogh dibebaskan selepas Hiroshima dan Nagasaki dibom dengan bom atom oleh Amerika. Dia balik ke Bandung ,Jawa dan mencari anaknya Natrah. Adeline dan Hertogh balik ke Belanda tanpa menemui Natrah. Usaha mencari diteruskan melalui teman-teman dan pegawai kerajaan Inggeris dan Belanda.

* September 1949 Natrah ditemui oleh Arthur Locke , Penasihat British di Terengganu sewaktu pertunjukan senaman di padang Sekolah Perempuan Melayu Chukai.

* 19 Ogos 1949 polis Semarang memberitahu Andrianus, Natrah berada di Kemaman.

* 12 April 1950 Che Aminah membawa Natrah ke Singapura atas perancangan dan muslihat Sarjan Hertogh.

* 22 Mei 1950 Ketua Hakim Mahkamah mengarahkan Natrah diletakkan di bawah Jabatan Kebajikan Masyarakat,Singapura

* 24 April 1950 Natrah dihantar ke Girls Homecraft Centre , York Hill,Singapura

* 28 April Che Aminah membuat rayuan untuk mendapatkan balik hak penjagaan terhadap Natrah melalui peguambela Encik Ahmad Ibrahim daripada syarikat peguam S.C. Goho & Co.

* 19 Mei 1950 peguambela Encik Ahmad Ibrahim menghujah di mahkamah bahawa Che Aminah Mohamad berhak menjadi penjaga Natrah. Profesor Dr. Ahmad Ibrahim menjadi protaganis dan antara tokoh yang amat dihormati dalam kes Natrah di Singapura .

* 28 Julai 1950 Che Aminah menang kes rayuannya. Natrah dikeluarkan daripada York Hill

* 1 Ogos 1952 kerana takut peristiwa berulang ,Natrah dikahwinkan dengan Cikgu Mansor Adabi secara nikah gantung di rumah bapa angkat Mansor Adabi iaitu En. M.A.Majid di 139, Seranggoon Road, Singapura. Ketika ini Natrah berusia 13 tahun tetapi susuk tubuhnya besar. Usia Mansor Adabi 22 tahun. Dalam Undang-Undang Syariah Islam ,perempuan umur 13 tahun dibenarkan kahwin sebagaimana isteri Nabi Muhamad , Siti Aisyah.

* 2 Disember 1950 Ketua Hakim megeluarkan perintah yang ketiga untuk didengar di mahkamah tentang kesahihan perkahwinan dan hak penjagaan Natrah.Mengikut undang-undang Belanda , seorang anak yang berusia 16 tahun ke bawah, bapanya berhak menentukan kehidupannya. Pendakwa berhujah sama ada Natrah berhak dikahwinkan dan terus menganut agama Islam ataupun tidak. Mahkamah memutuskan , selagi tidak mencapai umur 18 tahun ke atas, hanya penjaga yang berhak ke atasnya. Mahkamah tidak menyebut ibubapa tetapi penjaga. Tiba-tiba daripada isu agama bertukar bertukar kepada isu jagaan.

* Dalam kes Natrah ini , mahkamah mengakui Natrah secara rela tanpa dipaksa oleh sesiapa hendak meneruskan kehidupan sebagai seorang muslim. Mahkamah mengatakan pula, siapa yang boleh menafikan hak Natrah daripada didedahkan kepada agama Kristian ? Bapanya lebih berhak ke atasnya.

<< SUKA INFO INI? KLIK LIKE DAN SHARE DI FACEBOOK >>

Pesta Assam @ Pesta Rogol


Kegiatan Rogol Merupakan Upacara keagamaan

Suatu Tradisi Yang Telah Menjadi Amalan di India Sejak Beribu Tahun dahulu...
Klu ada Maklumat Sharelah Supaya kita boleh panjangkan Thread ni..trutama bab asal usul budaya Giler ni

"Kami rogol syaitan jahat daripada gadis-gadis, jika tidak mereka akan menipu kita dan kita akan dipaksa untuk membunuh mereka. Oleh itu adalah kewajipan semua orang. "

Tiap-tiap gadis berusia 7-16 yang belum berkahwin mempunyai peluang untuk melarikan diri atau membiarkan diri dirogol.

Pesta Assam bermula pada tahun 43 Sebelum Masihi apabila Baalkrishan Tamil Nadu dirogol oleh orang di kampungnya di Doomdooma. Baalkrishan Tamil Nadu diingati setiap tahun melalui festival ini. Lelaki yang berjaya merogol paling banyak gadis akan diberikan trofi yang bernama "Baalkrishan ".

Harikrishna Majumdar, 24 tahun, memberitahu pemberita bahawa beliau telah berlatih sepanjang tahun untuk acara ini. "Saya akan mendapatkan mangsa rogol paling banyak tahun ini. Saya telah berlatih sepanjang tahun. Saya rogol adik saya dan rakan-rakan beliau setiap hari. Saya akan menjadi superstar rogol nombor satu! Saya pasti akan mendapat hadiah 'Baalkrishan' tahun ini! "

Jaitashri Majumdar, 12 tahun memberitahu pemberita bahawa dia hampir berjaya melalui perayaan tahun lepas tanpa dapat dirogol. Saya hampir sampai ke ' zon bebas rogol ' di pinggir bandar, tetapi pada saat-saat akhir 9 lelaki melompat ke atas saya dan merogol saya.

Nasib baik saya sudah pulih sekarang dan dapat mengambil bahagian dalam acara tahun ini, jika tidak, saya akan dihukum mati secara rejam . " - nationalreport.net

Walau bagaimanapun sebuah website lain iaitu manipurupdate.com menafikan kebenaran artikel berkenaan. Dengan bersumberkan Times Of India, penulis website berkenaan melaporkan bahawa Polis Assam memfailkan saman terhadap "nationalreport.net" kerana laporan bertajuk " The Assam Rape Festival In India Begins This Week".
Siasatan akan dikendalikan oleh CID, unit jenayah siber India.-- Agensi

<< SUKA INFO INI? KLIK LIKE DAN SHARE DI FACEBOOK >>

Kenali Petua Dan Pantang Melayu Sarawak


Komuniti Melayu Sarawak merupakan antara komuniti etnik di Sarawak Bumi Kenyalang dan seperti masyarakat etnik yang lain, masyarakat Melayu Sarawak juga mempunyai beberapa kepercayaan serta amalan yang diperwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain sejak berkurun lamanya. Ianya adalah salah satu peraturan sosial yang dikongsi di dalam penghidupan bermasyarakat yang tetap mengamalkan toleransi kaum dan agama. Mungkin sebelum kedatangan agama Islam pantang larang dan petua ini kebanyakannya berdasarkan kepada jampi serapah namun selepas ramai komuniti melayu Sarawak yang peka pada agama Islam maka ianya telahpun berpaksi kepada ajaran dan kalam Allah iaitu ayat-ayat di dalam kitab suci Al-Quran. Untuk artikel pada kali ini, Borneo Oracle akan memaparkan beberapa petua-petua serta pantang larang yang masih diamalkan oleh komuniti Melayu Sarawak sebagai satu cabang pengetahuan kita bersama.

Perubatan

Dalam petua yang melibatkan perubatan, didapati bahawa pengamal petua tradisional memanfaatkan bahan-bahan semula jadi yang ada di sekelilingnya kerana ianya mudah didapati dan tidak memerlukan kos yang tinggi. Tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan untuk masakan yang tertentu juga digunakan secara meluas dalam amalan petua tradisional. Misalnya, untuk mengubati kanak-kanak sakit perut dan menangis, masyarakat Melayu Sarawak mengambil bawang merah tunggal (bawang merah yang berbentuk bulat dan tidak berkembar) dan memicitnya dicelah-celah ibu jari dengan jari kaki kanan, atau dipicit dan diletakkan diperut dan diubun-ubun kepala kanak-kanak tersebut. Petua ini dilakukan dengan iringan selawat ke atas nabi Muhammad dan bacaan Bismillah. Amalan petua ini sangat dipercayai keberkesanannya dan masih diamalkan pada hari ini kerana keyakinan terhadap khasiat bawang merah tersebut, yakni sebagai suatu ikhtiar penyembuhan, di samping keyakinan terhadap Tuhan yang berkuasa menyembuhkan segala penyakit.

Selain itu, terdapat juga penggunaan sirih dan pinang dalam perubatan Melayu kerana kedua-dua elemen semula jadi ini amat penting dan dekat dengan alam dan budaya Melayu. Kepentingan ini juga diperjelas melalui penggunaan sirih amat sebati dalam kehidupan, banyak digunakandalam bidang pengubatan dan adat resam Melayu sehingga dikenali sebagai daun budi dan daun diplomasi, sementara pinang turut mempunyai maksud yang tersendiri. Bagi masyarakat Melayu, daun sirih biasanya akan dipanaskan pada api, lalu diletakkan di perut bayi dengan tujuan membuang angin atau menyembuhkan kembung perut. Contoh ini secara jelas menampakkan bahawa kaum in memanfaatkan sirih dalam bidang pengubatan tradisional. Sungguhpun bersifat tradisional, penggunaan sirih dalam perubatan dinyatakan sangat relevan hingga kini kerana kemujarabannya. Hal ini demikian kerana sirih mempunyai hubungan yang dekat dengan alam Nusantara dan kemujarabannya dalam penyembuhan penyakit sangat dipercayai oleh masyarakat setempat.

Terdapat juga petua perubatan untuk ibu selepas bersalin yang menggunakan halia. Dalam hal ini, masyarakat Melayu Sarawak mempercayai bahawa halia dapat memanaskan dan menyegarkan tubuh badan selepas bersalin, iaitu semasa ibu masih berpantang. Masyarakat Melayu Sarawak dahulu dan sekarang akan memasak halia dan meminum airnya. Sepanjang tempoh berpantang, amalan menggunakan halia, baik sebagai minuman atau kegunaan luaran akan diteruskan dan kesannya diyakini amat berguna kepada pengamalnya.

Masyarakat Melayu Sarawak juga mengamalkan ‘berdiang’ selepas bersalin. Amalan petua tradisional ini dilakukan dengan membuat unggun api dan wanita yang berpantang tersebut akan duduk berhampiran dengan unggun api tersebut untuk memanaskan badan. Selain itu, petua ini juga dipercayai dapat melancarkan peredaran darah di dalam tubuh. Amalan berdiang ini pada asasnya tidak mempunyai tempoh tertentu yang perlu dipatuhi kerana amalan ini bergantung kepada individu terbabit. Sungguhpun demikian, biasanya wanita Melayu akan berdiang selama empat puluh hari, bergantung kepada kepercayaan tradisi generasi sebelumnya yang diwarisi. Walau bagaimanapun, amalan berdiang ini amat jarang dilakukan pada zaman sekarang, dan boleh dikatakan tidak lagi dikekalkan kerana perubahan cara hidup dan faktor kemodenan semasa, selain terdapat banyak kaedah perubatan selepas bersalin yang lebih ringkas, cepat dan mudah.

Masyarakat Melayu tradisional Sarawak juga mengamalkan ‘conteng’ apabila sakit perut, pening atau demam. ‘Conteng’ merupakan lakaran berbentuk swastika diikuti dengan doa atau selawat ke atas nabi. Amalan ini dilakukan kerana kepercayaan masyarakat, kononnya terdapat jembalang yang akan menganggu individu, khususnya anak-anak kecil. Amalan ‘conteng’ banyak dilakukan pada tahun-tahun 1960-an. Pada tahun-tahun selepasnya, petua ini kurang lagi diamalkan.

Wanita dan Kecantikan

Selain petua perubatan, petua persediaan untuk pengantin secara khususnya pula melibatkan bahan-bahan semula jadi untuk pelbagai tujuan dan manfaat kesihatan serta kecantikan. Misalnya, beras pulut, kunyit, daun pandan dan bunga tanjung akan ditumbuk dan seterusnya dikasei (dilumur) pada seluruh badan selama tujuh hari. Selain dapat menghaluskan dan melembutkan kulit, amalan ini dipercayai dapat menaikkan seri muka pengantin. Untuk menaikkan seri wajah juga, pengantin perlu minum air campuran kunyit dengan sedikit gula. Amalan petua tradisional ini sangat penting dilakukan untuk memastikan bakal pengantin kelihatan sihat, bersih dan berseri semasa persandingannya. Terdapat satu doa yang mengkhusus untuk ini yang kebiasaannya dibacakan oleh Mak Andam yang berpengalaman antara bait-bait doa tersebut seperti berikut:

"Bismillahirrahmanirrahim
Induk kunyit, induk melati
Ditanam Allah belakang bumi
Muka berseri-seri
Seperti anak Rasulullah yang menjadi
Seri naik ke dahi
Cahaya naik ke muka
Bendang naik ke belakang
Ya Allah, Ya Allah
Kukuhkan Allah
Berkat ku makei doa Rasulullah"

Dalam hal petua dan pantang larang berkaitan wanita , wanita Melayu Sarawak juga mempunyai beberapa pantang larang yang tidak harus dilakukan terutamanya kepada yang masih belum berpunya. Antaranya adalah;

1. Tidak digalakkan duduk di muka pintu. Sekiranya berbuat demikian, wanita tersebut akan lambat bertemu jodohnya.

2. Tidak digalakkan menyanyi di dapur. Menurut kepercayaan orang-orang tua, wanita yang selalu menyanyi di dapur akan mendapat suami yang tua.

3. Tidak digalakkan bangun tidur apabila matahari sudah meninggi kerana menurut kepercayaan orangtua wanita itu akan cepat tua dari usianya.

Pada zaman sekarang, terdapat masyarakat Melayu yang masih mempercayai kedua-dua pantang larang ini dan mencuba mengelakkan diri daripada melakukannya. Namun, pada masa yang sama, terdapat juga sesetengah individu dalam masyarakat ini yang lebih bersikap terbuka dan kurang prihatin akan kewujudan pantang larang tradisional yang dianggap agak ketinggalan zaman.

Pengantin

Dalam masyarakat Melayu tradisional Sarawak, sudah menjadi kelaziman pasangan pengantin akan bertandang ke rumah keluarga terdekat mereka khususnya selepas majlis perkahwinan dilangsungkan. Bagi pengantin yang baru pertamakali bertandang, mereka perlu diberikan tepung tawar atau dipanggil ‘pupur’ (bedak biasa) dan minyak wangi. Untuk tujuan ini, tuan rumah keluarga terdekat akan merenjis tepung tawar sambil berdoa agar pengantin diberikan kebahagiaan hingga ke akhir hayat. Sekiranya amalan ini tidak dilaksanakan, keadaan tersebut dikatakan akan ‘tunggal haus’, yakni menyebabkan sesuatu tidak baik akan berlaku kepada tuan rumah atau pengantin itu sendiri. Pengantin yang baru berkahwin pula tidak dibenarkan keluar melintas ‘seberang laut’ dalam tempoh seminggu perkahwinan. Konsep ‘seberang laut’ ini merujuk kepada apa-apa juga perlakuan yang pergi ke sesuatu tempat melalui sungai mahupun laut. Tujuan petua ini adalah untuk mengelakkan sebarang kejadian buruk pada ketika baru melangsungkan perkahwinan.

Mengandung dan Bayi

Terdapat juga petua dan pantang larang untuk mendapat anak yang baik perangainya, iaitu apabila seseorang itu mengandung, individu tersebut tidak boleh duduk di kepala tangga. Dikatakan bahawa sekiranya si ibu berbuat demikian akan menyebabkan anaknya mengikut perangai ibunya yang buruk Petua ini memiliki aspek nilai yang tinggi, iaitu seseorang ibu yang mengandung tidak boleh duduk di tangga, yakni satu tempat yang boleh membahayakannya, sebaliknya duduk di kawasan yang lain, yang lebih selamat dan selesa.

Bagi menyambut anak kelahiran pertama, anak tersebut akan diberikan tepung tawar oleh tuan rumah yang dikunjungi. Kaki anaknya akan diletakkan di dalam buyung beras, sambil berdoa agar besar menjadi orang yang berguna, kemudian dimandikan. Selain itu, disediakan juga beras, pinang, sirih, kapur dan sedikit duit di dalam pinggan. Beras misalnya akan dapat dijadikan bubur, sirih dijadikan bahan untuk ‘bertapal’, manakala pinang dan kapur misalnya dapat ‘disembur’ ke perut atau dahi sekiranya dimasuki angin atau jika bayi ‘terkejut’. Bahan-bahan tersebut dirujuk sebagai ‘lapik kaki’ yang disediakan oleh tuan rumah apabila menerima kehadiran bayi sulung. Petua ini dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kesihatan bayi secara keseluruhan agar bayi tersebut selamat dan terhindar daripada sebarang hal yang buruk.

Keselamatan Diri

Masyarakat Melayu Sarawak seperti juga masyarakat etnik yang lain amnya mempercayai perkara-perkara yang kebetulan berlaku dalam kehidupan sehari-hari sebagai perkara yang perlu diberi perhatian dan sekiranya diabaikan, sesuatu hal yang tidak elok mungkin akan berlaku. Fenomena ‘kebetulan’ yang mungkin kerap terjadi pada akhirnya memungkinkan wujudnya keyakinan dan kepercayaan terhadap kebenaran hal-hal tersebut. Justeru, wujudlah petua-petua dan pantang larang yang perlu diamalkan sebagai panduan kehidupan untuk menjaga keselamatan diri agar tidak ditimpa sebarang bencana. Antara petua bagi keselamatan diri adalah:

1. Apabila ingin masuk ke dalam hutan, sama ada untuk mencari hasil hutan, berburu dan sebagainya. Akan diambil sedikit tanah dan diletakkan di dahi supaya tidak ‘diganggu’ oleh kuasa jahat atau binatang-binatang apabila berada di dalam hutan. Petua ini disertakan dengan memberi salam, selawat ke atas nabi Muhammad dan bacaan alFatihah.

2. Amalan meletakkan daun di telinga perlu dilakukan apabila terdapatnya hujan panas. Menurut golongan ini, apabila daun diletakkan di telinga, dipercayai makhluk halus tidak akan mengganggu mereka kerana barangsiapa yang meletakkan rumput ditelinga akan kelihatan seperti semak samun yang menghijau.

3. Dalam hal kempunan apabila dalam sesebuah keluarga sedang makan dan terdapat salah seorang ahli keluarganya tidak ada bersama, si ibu akan meninggalkan lauk untuk si anak yang tidak ada. Maka si ibu akan berkata, “lauk ini akan ditinggalkan untuk ‘ular’”. Si ibu tidak boleh menyebut nama anak yang belum makan itu kerana ia akan menyebabkan si anak nanti boleh terkena kempunan.

4. Terdapat juga petua keselamatan diri berkaitan hal-hal makhluk halus yang wujud di dunia ini. Misalnya, terdapat polong yang berupa sejenis telur dan bersayap, terbang pada waktu malam khususnya malam Jumaat. Polong biasanya dibuat untuk mendatangkan kesakitan kepada subjek sasarannya. Polong dibuat oleh bomoh yang pakar dalam ilmu hitam. Apabila polong jatuh ke rumah seseorang yang dijadikan sasaran, maka seseorang itu akan jatuh sakit. Polong juga dipercayai boleh mendatangkan mudarat kepada sesiapa yang melihat polong itu jatuh. Dalam amalan petua orang Melayu Sarawak, apabila melihat polong terbang, maka segerakan berteriak “Polong Sik Berinduk” (Polong Tak Bertuan). Teriakan tersebut dipercayai akan menyebabkan polong itu pecah dan tidak terkena kepada apa-apa sasaran.

Bercucuk Tanam

Masyarakat Melayu mempercayai bahawa untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik, petua semasa bercucuk tanam perlu diamalkan. Dalam hal ini, individu yang ingin menanam pokok sirih misalnya, perlu memicit tanah sambil berselawat ke atas nabi Muhammad.

Terdapat juga sesetengah keluarga Melayu di Sarawak mempunyai pantang larang apabila menanam sesuatu tumbuhan. Misalnya, terdapat sesebuah keluarga mempunyai pantang menanam halia. Sekiranya ditanam juga, ahli keluarganya akan meninggal dunia dalam keadaan yang tidak dijangka.

Begitu juga halnya menanam pohon ciku, kerana terdapat juga keluarga ditegah menanam ciku kerana akan menyebabkan kematian ahli keluarganya

**Inilah sekelumit perkongsian tentang petua dan pantang larang di dalam masyarakat Melayu Sarawak yang besar kemungkinan ada banyak lagi yang tidak dicatatkan. Walau bagaimanapun, banyak petua dan pantang larang ini sebenarnya mempunyai beberapa maksud yang tersirat di sebalik yang tersurat sebagai pemanis bicara orang tua kita dulu-dulu. Dan sesuai dengan sunnah agama kebanyakan daripada petua dan pantang larang ini sebenarnya sudahpun diadaptasi dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran agar kita sentiasa memohon segala pertolongan daripada Allah Yang Maha Berkuasa dan Pemurah.**
<< SUKA INFO INI? KLIK LIKE DAN SHARE DI FACEBOOK >>

Gurkha - Dilahirkan Untuk Berperang

Gurkha sebenarnya bukanlah Special Force, namun mereka dikenali dengan reputasinya yang sangat menakutkan. Ada 2 suku di Nepal yang dikenali masyarakat luas, yaitu Sherpa yang dikenali sebagai suku pendaki / pemandu di Himalaya, satu lagi Gurkha, yang gemar berperang.

Semasa zaman kolonial british,terjadi Perang di Nepal,Inggris begitu kagum atas kegigihan mereka.Gurkha kemudian direkrut untuk bekerja dengan East India Company di India dan British Army.Gurkha terkenal dengan kemampuan berperangnya yang alami,agresif di medan pertempuran,tidak takut mati,kesetiaan yang tinggi, tahan dalam pelbagai medan perang dan cuaca, fizik yang kuat dan bekerja keras.

Sehingga Gurkha begitu disegani oleh kawan, ditakuti oleh lawan.Semulanya mereka menjadi tentera bayaran (mercenaries), akhirnya kemudian masuk dalam pasukan British Army yang digaji seperti tentera Inggris sendiri atau legiun asing pada umumnya. Mereka mempunyai unit sendiri dengan nama Brigade of Gurkha sebagai salah satu bagian dari angkatan bersenjata Inggris.


Dibentuk sejak tahun 1815, Pasukan Gurkha telah terlibat dalam pelbagai medan pertempuran bersama Inggris. Ketika berkecamuk Perang Dunia I sebanyak 100.000 tentera Gurkha masuk dalam Brigade of Gurkha.Mereka ikut bertempur di perang Perancis, Mesopotamia, Persia, Mesir, Gallipoli, Palestin dan Salonika.

Mereka mendapat 2 penghargaan Victoria Crosses.Pada Perang Dunia ke2 sebanyak 112.000 tentara Gurkha bersama Pasukan Commonwealth bahu membahu dalam perang di Suria, Afrika Utara, Itali,Yunani sampai Malaysia dan Singapura, mereka mendapat 10 Victoria Crosses.

Seiring dengan pengalaman tempurnya yang mengunung, Gurkha menjelma menjadi kekuatan yang mengerikan, bahkan melebihi pasukan elit sekalipun.Semasa berkecamuk perang Malvinas (Falkland War, 1982), dalam suatu front pertempuran, Inggris mempropagandakan kepada pihak musuh Argentina akan menyertakan 1 batalion Gurkha-nya.

Mendengar itu tentera Argentina lari tunggang langgang meninggalkan pos-pos pertempuran mereka.Sewaktu Perang Dunia ke2 di front pertempuran Tunisia (Afrika Utara), pasukan Gurkha sudah kehabisan peluru,kemudian mereka membuang senapang-senapang, berlarian naik ke atas tank-tank Jerman di tengah-tengah hujan peluru dan menggorok leher tentera Jerman dengan senjata tradisional mereka, khukri.
Khukri adalah sejenis pisau yang berbentuk unik sedikit melengkung mengarah ke depan. Di reka khas sedemikian rupa, sehingga dapat menebas leher musuh dengan sekali tebas.Ada sedikit cerita mengenai khukri, sekali khukri dihunus dari sarungnya pantang tidak meminum darah.

Itulah sebabnya tentara Gurkha ketika habis mengasah / membersihkan khukri selalu menghiris jari tangannya.Ketika ini bukan hanya Inggris sahaja yang merekrut Gurkha dalam angkatan pasukannya, Singapura, India, Malaysia, Brunei, Hongkong (sebelum penyerahan ke china) tercatat menggunakan khidmat Gurkha dalam kesatuan angkatan bersenjata mereka. Bahkan di Brunei, Gurkha berkhidmat sebagai Special Force Penjaga Sultan Brunei.

<< SUKA INFO INI? KLIK LIKE DAN SHARE DI FACEBOOK >>

Si Bongkok Tanjung Puteri - Pahlawan Yang Hilang


Lagu - Tanjung Puteri

Tajuk Johor Tanjung Puteri
Selat Tebrau airnya biru
Di Pantai Lido tepian mandi
Sepanjang masa di hari minggu

Atas bukit Tanjung Puteri
Taman hiburan indah berseri
Pemandangan menawan hati
Jalan tambak hubungan negeri

( korus )
Tanjung Sekijang nun di kuala
Tempat nelayan mengail gelama
Istana Hinggap di Kuala Danga
Pantai berkelah keluarga diRaja

Dari Tebrau orang berakit
Singgah Stulang membeli kopi
Pusara Si Bongkok di lereng bukit
Di tepi pantai Tanjung Puteri

Siapa Si Bongkok yang dimaksudkan?

Menurut cerita, Si Bongkok merupakan pahlawan yang sebaris dengan Tok Janggut, Dato’ Bahaman dan Mat Kilau. Namun namanya tidak semasyhur pahlawan lain yang turut mempertaruhkan nyawa dalam melawan penjajah Inggeris suatu ketika dahulu.


Menurut sumber Marhaen, ada beberapa tokoh misteri yang nama mereka hilang dalam lembaran sejarah perjuangan menentang penjajah di tanah air, ratusan tahun lalu. Walaupun kewujudan mereka suatu ketika dulu memberi sumbangan besar dan mencetuskan kegerunan di jiwa penjajah, kebanyakan tokoh ini tidak disebut dalam mana-mana dokumen sejarah.

Menyedari pentingnya sumbangan dan kewujudan pahlawan misteri itu didedahkan kepada khalayak untuk diiktiraf sejarah tanah air, En. Abdul Latip Talib memulakan penyelidikan bagi membongkar rahsia kehilangannya.

“Tokoh seperti Si Bongkok Tanjung Puteri yang sehingga kini, sejarah perjuangannya masih tidak diketahui ramai pihak,” katanya yang menulis novel sejarah berkenaan pahlawan itu, tahun lalu.

Beliau berkata, tidak seperti tokoh pejuang lain seperti Datuk Bahaman di Pahang atau Rentap di Sarawak, sejarah negara ini tidak pernah mengenali siapa Si Bongkok yang berjuang menentang British dan sekutunya di Johor.

“Ceritanya bermula apabila British mula menjajah Singapura seterusnya cuba melebarkan pengaruh mereka ke Johor,” kata Abdul Latip seterusnya memulakan kisah perjuangan Si Bongkok Tanjung Puteri yang kini semakin hilang dalam lipatan sejarah negara.

Pernah suatu ketika sekitar abad ke-19, Kerajaan Johor tidak diperintah oleh Sultannya tetapi pentadbiran dan segala urusan negeri diuruskan Temenggung Abdul Rahman atas sokongan British.

Polemik itu berlaku apabila Sultan Hussein mangkat pada 1835; putera baginda iaitu Tengku Ali cuba mendapatkan haknya sebagai Sultan Johor tetapi dihalang Temenggung Abdul Rahman (atau Temenggung Abu Bakar?).

Akibat daripada perebutan kuasa itu, muncul kisah perjuangan Si Bongkok di Tanjung Puteri (kini Johor Bahru). Beliau berhasrat mengusir pengaruh penjajah dari bumi Johor dan tidak bersetuju dengan hasrat pemerintah negeri yang berbaik-baik dengan British.

Si Bongkok juga inginkan takhta kesultanan Johor yang ketika itu dikuasai Temenggung Abdul Rahman (?), dikembalikan kepada pewaris asal iaitu Tengku Ali. Si Bongkok memang nama asalnya manakala nama bapanya adalah Damak.

Dinamakan dirinya sebagai ‘Si Bongkok’ berikutan keadaan tubuh badannya yang cacat iaitu bongkok ke kanan manakala tangan kirinya pula cengkung. Mukanya pula herot dan bengkak ke kanan.

Walaupun dilahirkan sebagai insan yang cacat, Si Bongkok membesar sebagai seorang pemuda yang gagah dan berani. Beliau cekap bermain senjata dan mahir dalam ilmu lautan. Si Bongkok juga dikatakan memiliki ilmu kebal yang menyebabkan jasadnya tidak akan luka sama ada ditembak atau ditikam senjata tajam.

Kewibawaan beliau dikagumi ramai pihak sehingga Si Bongkok diangkat menjadi pemimpin oleh pengikutnya yang ramai. Di kalangan musuhnya sendiri beliau digelar Panglima Si Bongkok.

Si Bongkok hidup di atas kapal layar di tengah laut. Dia mempunyai pengikut yang ramai dan masing-masing memang cekap bermain senjata serta mengendalikan kapal di laut. Kebenciannya terhadap penjajah dan pemimpin tempatan yang mengadakan hubungan dengan bangsa asing itu menyebabkan Si Bongkok bersama pengikutnya bangkit menentang.

Mereka akan menyerang kapal bangsa asing yang melalui perairan Johor untuk berdagang di pelabuhan Tanjung Puteri atau Singapura. Tindakan itu menyebabkan British melabelkan mereka sebagai lanun.

Disebabkan serangan Si Bongkok dan pengikutnya, aktiviti perdagangan dan ekonomi di Tanjung Puteri dan Singapura semakin merosot kerana kebanyakan pedagang asing tidak lagi berani memasuki wilayah itu.

Keadaan itu menimbulkan kebimbangan kepada British menyebabkan bangsa asing itu mengarahkan Temenggung Abdul Rahman supaya menghapuskan kumpulan Si Bongkok.

Bagaimanapun, walau pelbagai cara digunakan untuk membunuh Si Bongkok, usaha itu tidak pernah berhasil kerana dipercayai tiada siapa yang mengetahui cara untuk mengatasi ilmu kebal yang dikuasai pahlawan itu.

Usaha mengekang serangan Si Bongkok terus diperketat dengan rondaan berterusan diadakan di perairan Selat Tebrau.

Kerajaan Johor dan British juga semakin khuatir kerana angkatan laut Si Bongkok memiliki ubat bedil dan senjata api hasil rampasan kapal dagang Barat yang diserang mereka.

Pada suatu hari, satu angkatan laut Johor diketuai Panglima Johor, Laksamana Daeng Alek meronda di Selat Tebrau mencari Si Bongkok.

Kehadiran tentera diraja itu untuk menangkapnya sudah diketahui Si Bongkok melalui perisiknya di istana. Si Bongkok pun bersedia menghadapi tentangan angkatan Panglima Johor.

Rondaan kapal perang Panglima Johor akhirnya berjaya mengesan kedudukan kapal Si Bongkok. Mereka segera merapati kapal itu untuk menyerangnya. Si Bongkok mengarahkan pengikutnya seramai lima puluh orang menyerang belas askar diraja itu.

Pertempuran hebat berlaku di atas kapal, di tengah lautan. Selepas lama bertempur, akhirnya angkatan Panglima Johor tewas. Mereka terpaksa berundur kembali ke pangkalan di Tanjung Puteri selepas ramai askar diraja yang terkorban dan lima kapal perangnya, karam.

Kekalahan itu tidak memutuskan semangat Panglima Johor untuk terus menyerang Si Bongkok. Pada hari yang lain, mereka menyerang lagi dengan lebih ramai askar.

Angkatan perang Panglima Johor berjaya mengepung beberapa kapal Si Bongkok tetapi dengan kebijaksanaannya, Si Bongkok berjaya melarikan diri ke tempat persembunyiannya sekitar Tanjung Belungkur.

Kegagalan itu menyebabkan Laksamana Daeng Alek, Kerajaan Johor serta British semakin marah dan tertekan. Selain Panglima Johor, turut menentang Si Bongkok adalah adiknya sendiri iaitu Panglima Putih.

Berbeza dengan Si Bongkok yang menyokong Tengku Ali, Panglima Putih menyokong Temenggung Abdul Rahman menyebabkan mereka bermusuhan.

Mereka berdua juga dikatakan mencintai gadis yang sama iaitu Si Tanjung. Bersama Laksamana Daeng Alek, Panglima Putih beberapa kali menyerang abangnya tetapi tetap gagal menghapuskan Si Bongkok.

Si Bongkok pula terus menyerang kapal dagang yang ingin berlabuh di Tanjung Puteri dan Singapura.

Episod akhir perjuangan Si Bongkok berlaku apabila sekali lagi kapalnya diserang. Akan tetapi, serangan pada kali itu lebih dahsyat kerana setiap penjuru perairan Selat Tebrau sudah dikepung angkatan laut Johor.

Si Bongkok dapat melepaskan diri ke Tanjung Belungkur, tempat persembunyiannya tetapi kapal Panglima Putih terus mengejar.

“Selepas Si Bongkok menemui ajalnya di tepi pantai itu, mayatnya dijumpai seorang penduduk tempatan dikenali Uteh Jantan.

“Kemudian Uteh Jantan bersama beberapa penduduk kampung membawa mayat Si Bongkok sehingga ke lereng bukit Tanjung Puteri dan pahlawan itu dikebumikan di situ secara rahsia,” kata penulis novel Si Bongkok Tanjung Puteri, Abdul Latip Talib.

Beliau berkata, pengebumian itu dilakukan secara rahsia kemungkinan bagi mengelakkan Kerajaan Johor dan British mengambil jasad pahlawan yang sememangnya disokong penduduk tempatan.

Katanya, penduduk terbabit juga mungkin khuatir mereka akan ditahan pihak berkuasa kerana mengebumikan jasad Si Bongkok menyebabkan mereka tidak menghebohkan lokasi mayat itu ditanam.

Kini, pusara berkenaan terletak dalam hutan belukar di kaki bukit Tanjung Puteri dan pengunjung perlu meredah semak dan denai selama setengah jam untuk sampai di sana. Penduduk yang tidak biasa dengan keadaan hutan itu, pasti tersesat dan tidak menemui kubur pahlawan berkenaan.

Sebaik melihat pusara berkenaan pula, perasaan sayu dan pilu menjelma di jiwa tatkala melihat keadaannya yang terbiar tanpa ada usaha untuk memuliharanya. Pusara itu sekadar bernesankan sekeping papan yang sudah reput.

“Mengikut cerita penduduk tempatan, nesan itu diletakkan seorang lelaki pada 23 Januari 1981 selepas dia bermimpi didatangi Si Bongkok yang menyuruhnya menanda pusara pahlawan berkenaan,” katanya.

Abdul Talib berkata, berdasarkan penemuan kubur berkenaan selain cerita mengenai Si Bongkok yang tersebar secara lisan sehingga hampir ke seluruh Johor sehingga kini, maka beliau yakin yang Si Bongkok sememangnya pernah wujud dan bukanlah cerita dongeng. Malah, namanya turut disebut dalam lagu rakyat Johor iaitu ‘Tanjung Puteri’.

Katanya, beliau mula menulis novel sejarah mengenai Si Bongkok sejak tahun lalu bagi memperbetulkan kembali ‘fitnah’ yang dilemparkan terhadap pahlawan itu kononnya beliau adalah lanun dan bukannya pejuang menentang penjajah.

Selain itu, usaha membukukan kisah perjuangan Si Bongkok juga dibuat Abdul Latip bagi membolehkan cebisan sejarah lisan yang tersimpan dalam ingatan orang lama, tidak hilang ditelan masa seterusnya nama Si Bongkok akan dikenang melewati masa.

“Saya percaya ramai pejuang Melayu yang nama mereka hilang daripada lipatan sejarah negara kita dan Si Bongkok adalah seorang daripada pejuang itu; sejarah kita dulu ditulis British menyebabkan ramai pahlawan kita yang menentang mereka dianggap penderhaka dan nama mereka tidak dicatat dalam sejarah.

“Saya berharap supaya sejarah ini boleh diperbetulkan semula dan pihak terbabit perlu tampil mengiktiraf perjuangan Si Bongkok setaraf dengan nama pejuang lain seperti Tok Janggut, Dol Said dan sebagainya,” katanya.

Abdul Latip juga menggesa pihak berkuasa supaya memelihara pusara Si Bongkok sebagai satu daripada warisan peninggalan sejarah yang bukan saja dibanggakan rakyat Johor tetapi rakyat negara ini.

“Saya sendiri sudah pergi ke Tanjung Belungkur untuk melihat sendiri pusara Si Bongkok Tanjung Puteri, keadaannya amat menyedihkan kerana terbiar.

Selepas 50 tahun kita merdeka, masihkah kita sependapat dengan penjajah yang melabelkan Si Bongkok itu lanun dan pengganas?” katanya.

<< SUKA INFO INI? KLIK LIKE DAN SHARE DI FACEBOOK >>

Asal Usul Lampu Isyarat Trafik

Pada permulaannya, lampu isyarat digunakan untuk keretapi dengan warna merah sebagai berhenti, hijau sebagai berhati-hati dan putih ialah bergerak. Namun, ia memberikan masalah apabila bekas warna lampu isyarat tertanggal yang menyebabkan pemandu keretapi mengangap isyarat sebagai putih iaitu bergerak.

Keadaan di waktu malam juga berbahaya kerana ada yang tersilap melihat bulan penuh sebagai lampu putih dan sukar dilihat pada siang hari.

Akhirnya lampu isyarat di jalan raya diperkenalkan dengan warna merah dan hijau sahaja di London pada 1868 dengan menggunakan lampu gas. Ia diperkenalkan oleh J.P. Knight dan dibina oleh syarikat jurutera keretapi Saxby & Farmer. Namun, lampu ini mudah meletup dan mengakibatkan polis yang mengawal lampu isyarat cedera. Oleh itu, lampu isyarat tidak digunakan sehinggalah lampu isyarat beroperasi menggunakan mentol elektrik.


Antara Lampu Isyarat Terawal Di Amerika Syarikat

Lampu isyarat elektrik dibina pada 1912 oleh Lester Wire, seorang anggota polis di Amerika Syarikat dengan menggunakan warna merah dan hijau. Akhirnya warna kuning ditambah bagi memberi maksud berhati-hati serta mengatasi masalah lampu putih yang mudah mengelirukan pemandu. Pada 1923, Garrett Morgan mempatenkan versi lampu isyaratnya yang akhirnya dibeli oleh syarikat General Electric dengan harga USD 40 000.


Pada masa ini, lampu isyarat telah dipertingkatkan dengan menggunakan lampu LED yang lebih jelas dilihat dan lebih tahan berbanding lampu mentol dengan skrin berwarna yang akan luntur warnanya. Lampu isyarat berwarna merah juga ditambah sedikit warna oren dan hijau ditambah sedikit warna biru bagi membantu pemandu yang buta warna.

<< SUKA INFO INI? KLIK LIKE DAN SHARE DI FACEBOOK >>